Sunday, November 11, 2012

TALK ON TEMPLES

This talk was given by Russell today in the Jakarta 2nd ward in Bahasa Indonesia.  We have posted a copy in English and then will follow with the copy in Bahasa Indonesia.



Just a few days ago I was talking to my daughter who lives near Boise, Idaho.  The Boise temple has just been recently refurbished and currently it is open to the public prior to its re-dedication later this month.  My daughter and her husband have been called to serve as tour guides for those wishing to visit the temple.  They are regular patrons of the temple.  Each time we would visit them from our home in Utah we would attend the temple with them. 

When I was asked to speak by the bishopric on temples, this recent conversation came to mind along with many other thoughts.  I pondered about the many important and happy events in my life which have taken place at a temple.  Just prior to leaving on a mission years ago, I received my endowment in the SLC temple.  Months later as I waited in the MTC for a visa I was a tour guide at the Hawaii temple.  After returning home I met Sister Healy on Temple Square where she was a tour guide.  Later we were married in the Provo temple.  My two children from India were sealed to us in the Washington DC temple and I witnessed four of my children married in the SLC temple.  Indeed, many of life’s most important events take on a sacred and eternal aspect when conducted in a temple.

Returning to live with in our Father’s presence with our loved ones following this life requires us to do a number of things.  President Hinkley explained that, “It will involve participation in various ordinances, each one important and necessary.  The first of these is baptism . . . followed by . . . the Gift of the Holy Ghost.  Then . . . for men, ordination to the priestood, followed by blessings of the temple for both men and women who are worthy to enter therein.

“These temple blessings include our washings and anointings that we may be clean before the Lord.  They include the . . . endowment of obligations and blessings that motivate us to behavior compatible with the principles of the gospel.  They include the sealing ordinances by which ‘that which is bound on earth is bound in heaven,’ providing for the continuity of the family.” (Ensign, Feb. 1982, 3)

The endowment which we receive in the temple is a gift from God.  President Brigham Young said, “ Your endowment is, to receive all those ordinances in the house of the Lord, which are necessary for you, after you have departed this life, to enable you to walk back to the presence of the Father . . . and gain your eternal exaltation.” (Discources of Brigham Young, John Witsoe, 1941, 416)

Temple ordinances and blessing are not limited to the living but to all who have ever lived.  “For their salvation is necessary and essential to our salvation, . . . they without us cannot be made perfect – neither can we without our dead be made perfect.” (D&C 128:15)

Regarding geneology efforts and the temple work for our deceased ancestors, Elder Russell M. Nelson said, “By doing for others what they cannot do for themselves, we emulate the pattern of the Savior, who wrought the Atonement to bless the lives of other people.” (Personal Preparation for Temple Blessings)  

I testify to you that temples are the Lord’s house, that ordinances performed there do have eternal significance and that many are on the “other-side” just waiting for us to perform temple ordinances on their behalf. 

Twelve years ago I had the privilege of home-teaching Alia and his two sons.  Alia passed away just months after his baptism but prior to attending the temple.  His wife had preceded him in death by several years.  Then about five years ago I had the opportunity of attending the Idaho Falls temple with Sister Healy and Alias sons.  That temple visit was one of the most spiritual events in my life.  I know Alia was by my side.  I know that as Sister Healy and I knelt at the alter, and were married on their behalf, and then with the two boys were sealed as a family, that Alias wife was there also as were other of his ancestors who’s temple work was being done that day.  The veil between this world and the next is rarely thinner than when we are in the temple.

Participation in temple worship comes at a price, a price of committment and worthiness.  Each person who wishes to enter the temple must be interviewed by both their bishop and stake president and found worthy for a temple recommend.

President Howard W. Hunter said, “It would please the Lord for every adult member to be worthy of – and to carry – a current temple recommend, even if proximity to a temple does not allow immediate or frequent use of it.  The things that we must do and not do to be worthy of a temple recommend are the very things that ensure we will be happy as individuals and as families.” (A Temple-Motivated People)

Those of us who are parents need to share with our children and grandchildren the spiritual feelings we have in the temple.  We need to teach them about the purposes of temples.  Keep a picture of a temple in your homes where they may see often.  Work with them from their early years to plan on going there someday and be worthy to do so when that great day comes.

Brothers and Sisters, may we all keep ourselves worthy and have a current temple recommend, may we do our genealogy, may we teach our children about the importance of temples, and then attend the temple when life grants us the opportunity.  I say these things in the name of Jesus Christ, Amen.



Hanya beberapa hari yang lalu saya berbicara dengan putri saya yang tinggal di dekat Boise, Idaho. Bait suci Boise baru saja direnovasi dan saat ini terbuka untuk umum sebelum didedikasi ulang nanti bulan ini. Putri saya dan suaminya telah dipanggil untuk melayani sebagai pemandu wisata bagi mereka yang ingin mengunjungi bait suci. Mereka adalah patron biasa dari bait suci. Setiap kali kami akan mengunjungi mereka dari rumah kami di Utah, kami akan menghadiri bait suci bersama mereka.

Ketika saya diminta untuk berbicara oleh keuskupan mengenai bait suci, pembicaraan baru-baru ini datang ke dalam pikiran saya, bersama dengan pikiran lain. Saya merenungkan tentang peristiwa-peristiwa penting dan bahagia dalam hidup saya yang telah terjadi di bait suci. Tepat sebelum pergi  misi bertahun-tahun lalu, saya menerima pemberkahan saya di bait suci Salt Lake City. Beberapa bulan kemudian saat saya menunggu di PPM (Pusat Pelatihan Misi) untuk visa saya, saya adalah seorang pemandu wisata di bait suci Hawaii. Setelah pulang dari misi saya, saya bertemu Sister Healy di Taman Bait Suci dimana dia adalah seorang pemandu wisata. Kemudian kami menikah di bait suci Provo. Dua anak saya dari India dimeteraikan kepada kami di bait suci Washington DC dan saya menyaksikan empat anak saya menikah di bait suci Salt Lake. Memang, banyak peristiwa yang paling penting dalam kehidupan mengambil aspek sakral dan abadi ketika dilakukan di bait suci.

Untuk kembali serta hidup di hadirat Allah, dengan orang yang kita kasihi setelah kehidupan ini, mengharuskan kita untuk melakukan beberapa hal. Presiden Hinkley menjelaskan bahwa, "Ini akan melibatkan partisipasi dalam berbagai tata cara, setiap tata cara penting dan diperlukan. Yang pertama adalah baptisan. . . diikuti oleh. . . Karunia Roh Kudus. Kemudian. . . untuk pria, penahbisan ke dalam keimamatan, diikuti dengan berkat bait suci bagi pria dan wanita yang layak untuk masuk di dalamnya.

" Berkat bait suci ini termasuk pembasuhan dan pengurapan yang memungkinkan kita bersih di hadapan Tuhan. Hal-hal itu termasuk. . . pemberkahan kewajiban dan berkat yang memotivasi kita untuk berperilaku yang kompatibel dengan asas-asas Injil. Termasuk tata cara pemeteraian dimana 'apa yang terikat di bumi terikat di surga,' menyediakan kelangsungan keluarga "(Ensign, Februari 1982, 3).

Pemberkahan yang kita terima di bait suci adalah karunia dari Allah. Presiden Brigham Young berkata, " Pemberkahan Anda adalah, untuk menerima semua tata cara di dalam rumah Tuhan, yang penting bagi Anda, setelah Anda meninggalkan kehidupan ini, untuk memungkinkan Anda berjalan kembali ke hadirat Bapa. . . dan mendapatkan peningkatan kekal Anda "(Discources Brigham Young, John Witsoe, 1941, 416).

Tata cara bait suci dan berkat yang tidak terbatas untuk mereka yang hidup, tetapi untuk semua yang pernah hidup. "Karena keselamatan mereka adalah perlu dan penting demi keselamatan kita,. . . mereka tanpa kita tidak dapat dijadikan sempurna - tidak juga dapatlah kita tanpa orang mati   kita  dijadikan sempurna "(A & P 128:15).

Mengenai upaya silsilah dan pekerjaan bait suci bagi leluhur yang telah meninggal kita, Penatua Russell M. Nelson mengatakan, "Dengan melakukan untuk orang lain apa yang mereka tidak bisa mereka lakukan sendiri, kita meniru pola Juruselamat, yang ditempa Pendamaian untuk memberkati kehidupan orang lain "(Persiapan Pribadi bagi Berkat-Berkat Bait Suci).

Saya bersaksi kepada Anda bahwa bait suci adalah rumah Tuhan, bahwa tata cara dilakukan di sana memang memiliki makna kekal dan bahwa banyak yang berada di "sisi lain" hanya menunggu kita untuk melakukan tata cara bait suci atas nama mereka.

Dua belas tahun yang lalu saya mendapat kehormatan untuk menjadi pengajar kerumah Alia dan dua putranya. Alia meninggal hanya enam bulan setelah pembaptisan, tapi sebelum menghadirinya  bait suci. Istrinya telah mendahuluinya dalam kematian beberapa tahun sebelumnya. Kemudian sekitar lima tahun yang lalu saya berkesempatan menghadiri bait suci Idaho Falls dengan Sister Healy dan anak anak Alia. Kunjungan bait suci itu adalah salah satu peristiwa yang paling spiritual dalam kehidupan saya. Saya tahu Alia berada di samping saya. Saya tahu bahwa saat Sister Healy dan saya berlutut di altar, dan menikah atas nama mereka, dan kemudian dengan dua anak laki-laki dimeteraikan sebagai sebuah keluarga, bahwa istri Alia ada di sana seperti juga leluhurnya dimana pekerjaan bait suci  sedang dilakukan hari itu. Tabir antara dunia dan akhirat tidak pernah lebih tipis daripada ketika kita berada di bait suci.

Partisipasi dalam peribadatan bait suci datang dengan harga, dan harganya adalah komitmen dan kelayakan. Setiap orang yang ingin memasuki bait suci harus diwawancarai oleh baik uskup maupun presiden pasak dan didapati layak untuk sebuah rekomendasi bait suci.

Presiden Howard W. Hunter mengatakan, "Ini akan menyenangkan Tuhan bagi setiap anggota dewasa menjadi layak - dan untuk membawa - rekomendasi bait suci yang berlaku, bahkan jika kedekatan dengan bait suci tidak memungkinkan itu digunakan segera atau sering. Hal-hal yang harus kita lakukan dan tidak lakukan untuk menjadi layak bagi rekomendasi bait suci adalah hal yang tepat yang memastikan kita akan bahagia sebagai individu dan sebagai keluarga "(Sebuah Bait Suci Termotivasi Rakyat).

Kita yang adalah orang tua perlu berbagi dengan anak-anak kita dan cucu-cucu kita perasaan rohani yang kita miliki di bait suci. Kita perlu mengajar mereka tentang tujuan bait suci. Simpanlah gambar sebuah bait suci di rumah Anda di mana mereka dapat melihat sering gambar tersebut. Bekerja dengan mereka dari tahun-tahun awal mereka untuk merencanakan untuk pergi ke sana suatu hari nanti dan menjadi layak untuk melakukannya ketika hari  besar itu datang.

Saudara-saudara, marilah  kita semua  menjaga diri kita layak dan memiliki sebuah rekomendasi bait suci yang berlaku, marilah kita lakukan silsilah kita bagi leluhur kita, marilah  kita mengajar anak-anak kita mengani kepentingan bait suci, dan kemudian menghadiri bait suci ketika kita berkesempatan untuk berbuat begitu. Saya mengatakan hal ini dalam nama Yesus Kristus, Amin.





No comments:

Post a Comment